Jumat, 11 Februari 2011

Revolusi Jejaring Sosial



Tahukah anda berbagai aksi demonstrasi yg ada di negeri di timur tengah di awali dengan sebuah pergerakan melalui jejaring social : Facebook, Twitter, Youtube dll. Ini membuktikan bahwa dunia maya itu sendiri membuktikan kekuatan nya di dunia nyata.

Ghonim dianggap sebagai pahlawan karena telah melakukan sesuatu pada situs jejaring sosial yang terkenal seperti Facebook dan merelakan dirinya ditahan pemerintah berkuasa pada 27 Januari lalu. Tapi dukungan itu tidak penting baginya, rakyat Mesir menurut Ghonim tetaplah pahlawan sesungguhnya. Ghonim seorang aktivis cyber yang ternyata seorang petinggi dari situs terkenal Google karena memuat gerakan protesnya melalui jejaring sosial Facebook.

Karena itulah pengunjuk rasa kali ini juga membawa simbol dari jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter sebagai ucapan terima kasih atas kontribusi seorang petinggi Google, Wael Ghonim, yang dianggap sebagai juru kampanye bagi demonstrasi lewat dunia maya.

"Sebenarnya saya lebih suka menyebut ini sebagai revolusi facebook, tetapi setelah melihat kenyataan langsung, saya berubah pikiran dan mengatakan bahwa ini benar-benar revolusi rakyat Mesir. Ini sungguh luar biasa," kata seorang pejabat dari situs Google, Wael Ghonim, seperti dilansir AFP, Rabu (9/2/2011).



Aksi-aksi politik di Kairo dikoordinasikan para aktivis melalui laman di situs jejaring sosial Facebook. Puluhan ribu pendukung mengklik laman tersebut untuk menyatakan mereka akan ikut serta.


Aksi-aksi politik di Kairo dikoordinasikan aktivis lewat laman di situs jejaring sosial Facebook. Puluhan ribu pendukung mengklik laman tersebut untuk menyatakan mereka akan ikut serta.


Via Twitter, Facebook dan SMS
Ada yang unik dari mobilisasi massa para peserta demonstrasi di Mesir ini. Mobilisasi massa dapat dilakukan begitu cepat dan terorganisir karena mereka memanfaatkan media jejaring sosial Twitter dan facebook, serta metode komunikasi via telepon genggam yaitu SMS.
Mobilisasi massa via jejaring sosial dunia maya adalah hal yang samasekali baru dalam sejarah pergerakan nasional. Belum pernah tercatat dalam sejarah dunia, rakyat berkumpul, bersatu dan menuntut hal yang sama kepada pemerintah di jalanan dalam waktu sedemikian singkat melalui media Internet.
Selama ini mobilisasi umum dilakukan dari mulut ke mulut. Jarang dilakukan lewat media massa karena tentu akan menarik perhatian dari rezim bersangkutan dan rawan pem-breidel-an. Seperti di Indonesia tahun 1998, mahasiswa kala itu hanya mengandalkan koordanasi dan mobilisasi massanya hanya bergantung pada kabar yang dialirkan dari mulut ke mulut.

 

Tidak heran beberapa hari setelah terjadi demo besar-besaran di Mesir, pemerintah Mesir langsung memblokir layanan twitter, facebook dan bahkan mengacaukan sinyal telepon. Namun sayangnya, langkah pemerintah Mesir ini sudah sangat terlambat karena semangat memberontak rakyat sudah terlanjur mengaliri seantero provinsi di negeri Mesir.
Mungkin karena alasan inilah mengapa pemerintah Cina begitu ketat memberlakukan sensor internet. Di negeri Tirai Bambu tersebut, jejaring sosial seperti twitter, facebook, youtube bahkan google terkena sensor. Mungkin pemerintah Cina dari jauh-jauh hari sudah bisa memprediksikan betapa bahayanya situs-situs tersebut bilamana digunakan untuk memobilisasi massa melawan pemerintah seperti yang terjadi Mesir.
Bagaimanapun, fenomena mobilisasi massa melalui media jejaring sosial ini tentu telah menimbulkan kekhawatiran rezim-rezim otoriter di seluruh dunia. Bukan tidak mungkin setelah fenomena di Mesir ini terjadi, akan makin banyak negara yang meniru langkah pemerintah Cina memblokir situs-situs pertemanan.


Faktanya, tak dapat dipungkiri bahwa peran Facebook dalam upaya penggalangan dukungan dalam gerakan oposisi ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Salah satu elemen penting penggagas unjuk rasa pada 25 Januari lalu adalah Gerakan Pemuda 6 April. Ini gerakan di Facebook yang dibikin Ahmed Maher dan Ahmed Salah sejak tahun 2008, yang memiliki lebih dari 70 ribu pendukung. Kelompok yang didukung para blogger dan jurnalis ini beberapa kali menggelar unjuk rasa untuk menuntut pembebasan wartawan yang ditahan selama konflik Israel dan Palestina di Jalur Gaza pada 2008-2009.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar